Senin, 05 April 2010

Theory Mentalism Noam Chomsky

Ada dua pandangan utama mengenai sikap yaitu pandangan mentalism dan behaviorist. Menurut pandangan mentalistik, sikap adalah keadaan internal yang dibangkitkan oleh suatu stimulasi yang dapat menjadi perantara respon selanjutnya (Williams, 1974: 21). Sedangkan menurut pandangan behaviorist, sikap adalah respon yang dibuat oleh orang terhadap berbagai situasi sosial (Fasold, 1984: 147).

Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada akhir era 1950-an, Chomsky yang merupakan seorang nativis menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh lingkungan. Chomsky berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena menurutnya ketika anak dilahirkan ia telah dengan dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu memelajari suatu bahasa. Alat tersebut disebut dengan Piranti Pemerolehan Bahasa (language acquisition device/LAD) yang bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).

Skinner dipandang terlalu menyederhanakan masalah ketika ia menyama-ratakan proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses pemerolehan pengetahuan binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan sebagai subyek dalam eksperimennya, karena menurut pendekatan nativis, bahasa bagi manusia merupakan fenomena sosial dan bukti keberadaan manusia (Pateda, 1991:102). Selain itu ada pula alasan lain mengapa pendekatan nativis merasa tidak setuju terhadap teori Skinner. Alasan tersebut berhubungan dengan bahasa itu sendiri, yaitu menurut para nativis bahasa merupakan sesuatu yang hanya dimiliki manusia sebab bahasa merupakan sistem yang memiliki peraturan tertentu, kreatif dan tergantung pada struktur (Dardjowidjojo, 2003:236).

Masih dalam kaitannya dengan bahasa, karena tingkat kerumitan bahasa pula, maka kaum nativis berpendapat bahasa merupakan suatu aktivitas mental dan sebaiknya tidak dianggap sebagai aktivitas fisik, inilah sebabnya mengapa pendekatan nativis disebut juga dengan pendekatan mentalistik (Pateda, 1991:101).

Noam Chomsky berpendapat bahwa seorang anak telah dilahirkan dengan kecakapan semula untuk menguasai bahasa apabila sampai peringkat kematangannya yang tertentu. Pada tiap-tiap peringkat kematangan anak tersebut akan membentuk hipotesis-hipotesis terhadap peraturan-peraturan ahli masyarakatnya. Segala pembetulan kesalahan yang dibuat oleh ahli masyarakatnya akan memperkukuhkan lagi rumus-rumus bahasa yang tersimpan di dalam otaknya.

Menurut Chomsky, anak lahir dengan kemampuan mental untuk bekerja di luar sistem yang mendasari ke campur aduk suara yang didengarnya. Ia membangun tata bahasa sendiri dan menerapkan pada semua suara mencapai otaknya. Tata bahasa mental ini merupakan bagian dari kerangka kognitif, dan apa pun yang didengar disimpan di otaknya sampai dia cocok terhadap apa yang dia sudah tahu dan menemukan sebuah 'benar' tempat untuk itu dalam kerangka ini. Chomsky berpendapat bahasa yang kompleks sehingga hampir luar biasa yang dapat diperoleh oleh seorang anak dalam waktu sesingkat itu. Dia mengatakan bahwa seorang anak akan lahir dengan beberapa kapasitas mental bawaan yang membantu anak untuk memproses semua bahasa yang didengarnya. Hal ini disebut Bahasa Device Akuisisi, dan dia gergaji sebagai daerah khusus yang terdiri dari otak yang hanya berfungsi adalah pengolahan bahasa. Fungsi ini, ia berpendapat, cukup terpisah dari kapasitas mental anak lain yang memiliki. Ketika Chomsky berbicara tentang 'aturan, ia berarti aturan dalam pikiran bawah sadar anak aturan ini memungkinkan untuk membuat kalimat gramatikal dalam bahasa mereka sendiri. Chomsky tidak berarti bahwa seorang anak dapat menjelaskan aturan ini secara eksplisit. Sebagai contoh, seorang anak berusia empat atau lima tahun dapat menghasilkan kalimat seperti saya telah melakukan pekerjaan saya, dia bisa melakukan itu karena ia memiliki sebuah 'tata bahasa mental' yang memungkinkan dia untuk membentuk struktur yang benar sempurna saat ini dan juga untuk menggunakan struktur tersebut dalam benar dan tepat situasi. Tapi dia tidak mampu untuk menentukan pembentukan tegang sempurna sekarang.

Perbedaan antara pendekatan empiris dan rasionalis dapat diringkas dengan cara sebagai berikut:

Behavioris PENDEKATAN PENDEKATAN mentalis

1) akuisisi Bahasa adalah Bahasa adalah bawaan, dalam kelahiran stimulus-respons proses. proses.

2) Bahasa adalah Bahasa yang dikondisikan bukan perilaku seperti perilaku lainnya. perilaku, namun proses mental yang spesifik.

3) Anak-anak belajar bahasa dengan Anak-anak belajar bahasa dengan meniru dan analogi. aplikasi. 4) belajar Bahasa didasarkan pada pembelajaran Bahasa analitis, praktek. generatif dan penciptaan.

5) Peran peniruan, pengulangan, Peran pajanan terhadap bahasa adalah penguatan dan motivasi sangat sangat penting. signifikan dalam belajar.

6) Bahasa akuisisi adalah akuisisi Bahasa hasilnya adalah hasil dari alam. memelihara.

Kesimpulan Studi banding ini membuat satu hal jelas: alam dan memelihara, analogi dan aplikasi, praktek dan eksposur penting. Pembawaan lahir potensi berbaring framework. Dalam kerangka ini, ada variasi yang luas tergantung pada lingkungan. Jenis bahasa yang anak-anak akhirnya tumbuh menjadi dibentuk oleh tanggapan budaya berbasis keluarga, jika tidak dengan cara yang dapat disebut imitasi, maka setidaknya dalam hal anak memilih untuk melakukannya dengan bahasanya. Tetapi kita harus waspada terhadap gagasan bahwa semua anak-anak pengalaman praktek yang sama dan mengikuti jalan pembangunan yang sama saat mereka tumbuh ke dalam bahasa mereka. Setelah terkena sejumlah kecil ujaran, anak mulai menambah prinsip-prinsip yang mendasari ucapan-ucapan dan menulis ucapan-ucapan baru sendiri. Ini adalah cara tata bahasa setiap anak untuk berkomunikasi dengan cara yang cerdas. Dia membuat kesalahan dan menghasilkan kalimat gramatikal.

Teori Mentalis ini pula sangat bertentangan dengan teori mekanis. Teori Mekanis yang banyak menggunakan percobaan ke hewan dan menerapkan bahwa pembelajaran dan pengukuhan bahasa bisa berkembang jika adanya rangsangan dan gerak balas, hal ini bertentangan dengan golongan mentalis yang mengatakan bahwa manusia sebagai “makhluk yang berfikir” dan berbeda dengan hewan. Pembelajaran dan pengukuhan bahasa didapati secara sadar atau dengan kata lain berhubungan dengan daya fikir seseorang.

Menurut Noam Chomsky (1959) proses pembelajaran bahasa pada tingkat permulaan diperoleh tidak semata-mata bergantung kepada rangsangan dan gerak balas saja. Proses Kognitif sudah pasti turut serta. Tanpa peranan kognitif, perkembangan bahasa terbatas pada yang dapat dialami saja, padahal semua komponen bahasa berkembang secara kreatif atau melampaui batasan pengalaman naluri yaitu rangsangan dan gerak balas. Perkembangan bahasa secara kreatif adalah hasil turut sertanya peranan operasi mental atau kognitif.

Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa adalah tindakan kreatif yang hanya ada pada manusia. Kreativitas manusia menggunakan bahasa hanya dapat difahami dengan menerima hakikat bahwa bahasa adalah satu sistem yang teratur sebagai sebagian daripada proses kognitif manusia. Dalam hal inilah, sebuah teori yang digerakkan dengan rangsangan dan gerak balas mampu menimbulkan kreativitas dan kecakapan orang menggunakan bahasa.

Sebagai penganut mentalisme, Noam Chomsky dalam kajian kebahasaan berpendirian bahwa hasil kajiannya tidak untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran bahasa karena memang dia tidak mempunyai alasan untuk itu (Chomsky, 1980). Penganut mentalisme kebahasaan, mengkaji bagaimana makna-makna bahasa diserap oleh anak-anak melalui analisis hubungan logis antar unsur yang hanya melibatkan konteks semotaktik (konteks keterkaitan secara logis antar unsur di dalam kalimat). Karena itu manfaat hasil kajiannya diuntukkan pada pengayaan khazanah kebahasaan dalam bidang psikolinguistik. Karena psikolinguistik mempunyai kaitan dengan ilmu otak (neurologi), pertanyaan muncul: "Apakah kajiannya dapat dimanfaatkan untuk terapi bagi orang-orang yang bermasalah dalam pengucapan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan gumpalan otak yang mengontrol bahasa (language lump)?" Jawabannya adalah "tidak" karena yang memperbaiki "kerusakan bahasa" bukanlah kajian Chomsky, tetapi kajian dan penelitian tentang otak itu sendiri. Kalau demikian, hasil kajian psikolinguistik hanya untuk kajian itu "perseorangan". Manfaat hasil kajian suatu bidang ilmu merupakan hak "prerogatif" pengkajinya sendiri. Dengan kata lain, hasil kajian bahasa yang demikian merupakan inventarisasi kekayaan ilmu dan pengetahuan. Karena itu, salah satu klasifikasi hasil kajian bahasa adalah inventarisasi kekayaan ilmu pengetahuan. Bahasa dalam hal ini berfungsi sebagai ilmu.


"